Jumat, 01 Februari 2019

Determinan dan Matriks Invers || Aljabar Linier


BAB II
DETERMINAN

Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Mahasiswa mampu menguasai konsepsi dasar Matriks dan Transformasi Linier yang terdiri dari pokok bahasan Matriks, Determinan, SPL, Vektor dan Transformasi Linier sebagai pendukung ilmu pengetahuan dibidang komputasi.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Mahasiswa mampu mendefinisikan determinan, menghitung determinan ordo kecil maupun ordo besar, serta menghitung minor maupun kofaktor

Kata Kunci
Determinan, Ordo besar, Ordo kecil, Minor, Kofaktor.

Media Pembelajaran
Dalam bab ini media pembelajaran yang digunakan meliputi :white board, spidol, LCD Proyektor, laptop.

2.1.        KONSEPSI DETERMINAN
Sudah dikenal bahwa fungsi f(x) = x2 mengasosiasikan sebuah bilangan riil f(x) dengan sebuah nilai riil dari variabel x. Karena x dan f(x) kedua-duanya hanya mempunyai nilai riil, maka fungsi-fungsi seperti itu dapat digambarkan sebagai fungsi yang bernilai riil dan sebuah variabel riil. Akan dikaji fungsi bernilai riil dari sebuah variabel matriks, yaitu fungsi yang mengasosiasikan sebuah bilangan riil f(x) dengan sebuah matriks X. Yang utama dari pengkajian ini diperuntukan bagi satu fungsi yaitu fungsi determinan.Setiap matriks bujur sangkar A biasanya selalu dikaitkan dengan suatu skalar yang disebut determinan matriks tersebut, dan ditulis dengan det(A) atau |A|. Untuk mencari harga determinan suatu matriks ada berbagai macam cara. Cara mencari determinan yang sudah banyak dikenal adalah mencari determinan matriks untuk matriks bujur sangkar ordo (2x2) dan ordo (3x3) sangat umum.
Sebelum mampu mendefinisikan fungsi determinan, terlebih dahulu perlu diketahui beberapa definisi berikut ini.

Definisi :
Sebuah permutasi himpunan bilangan-bilangan bulat {1, 2, …, n} adalah sebuah susunan bilangan-bilangan bulat menurut suatu aturan tanpa menghilangkan atau mengulangi bilangan-bilangan tersebut.
Contoh.
Ada 6 permutasi berbeda dari himpunan bilangan-bilangan bulat {1, 2, 3} yaitu {1,2,3},{2,1,3},{3,1,2},{1,3,2},{2,3,1},{3,2,1}.

Catatan :
Jika terdapat n buah bilangan asli 1, 2, 3,…, n makanya banyaknya permutasi yang dapat dibentuk adalah n! = n(n-1)(n-2) … 2, 1.

Definisi :
Yang dimaksud sebuah inversi pada suatu permutasi (j1, j2,…, jn) adalah jk< ji (jk mendahului  ji padahal ji< jk (I dan k = 1, 2, …, n).
Contoh :
Misalnya dengan sebuah inversi pada suatu permutasi tersebut adalah 5 inversi karena :
a.      J1 = 4 mendahului j2 = 3 padahal 3 < 4
b.     J1 = 4 mendahului j3 = 1 padahal 1 < 4
c.      J1 = 4 mendahului j4 = 3 padahal 3 < 4
d.     J2 = 3 mendahului j3 = 1 padahal 1 < 3
e.      J2 = 3 mendahului j4 = 2 padahal 2 < 3

Definisi :
Sebuah permutasi dikatakan genap (even) jika jumlah inversi seluruhnya adalah sebuah bilangan bilangan bulat yang genap dan dikatakan ganjil (odd) jika jumlah inversi seluruhnya adalah sebuah bilangan bilangan bulat yang ganjil. Pada permutasi (4,3,1,2) jumlah inversinya adalah 5 maka permutasi tersebut adalah ganjil.

Definisi :
Yang diartikan sebagai hasil perkalian elementer dari matriks A adalah setiap perkalian n elemen dari A, yang tidak boleh dua diantaranya yang berasal dari baris yang sama atau kolom yang sama.
Jika Sebuah matriks A berordo (nxn) mempunyai n! hasil perkalian elementer. Hasil-hasil perkalian elementer tersebut adalah hasil-hasil perkalian yang berbentuk a1j1,a2j2, … , anjn dimana (j1, j2, … , jn) adalah sebuah permutasi dari himpunan {1,2,3, … , n}. Yang diartikan dengan hasil sebuah perkalian elementer bertanda dari A adalah sebuah hasil perkalian elementer a1j1, a2j2, … , anjn dikalikan dengan (+1) atau (-1). Digunakan tanda (+1) jika (j1, j2, … , jn) adalah sebuah permutasi genap dan tanda (-1) jika (j1, j2, … , jn) adalah sebuah permutasi ganjil.
Contoh :
Diketahui matriks A =

Hasil Pekalian
elementer
Permutasi yang
diasosiasikan
Genap atau
ganjil
Hasil perkalian elementer yang bertanda
a11a22a33
a11a23a32
a12a21a33
a12a23a31
a13a21a32
a13a22a31
(1,2,3)
(1,3,2)
(2,1,3)
(2,3,1)
(3,1,2)
(3,2,1)
Genap
Ganjil
Ganjil
Genap
Genap
Ganjil
a11a22a33
-a11a23a32
-a12a21a33
a12a23a31
a13a21a32
-a13a22a31

Definisi :
Misalkan A adalah suatu matriks bujursangkar, maka fungsi determinan (determinant function) yang dinyatakan dengan det(A), dan didefinisikan det(A) sebagai jumlah semua hasil perkalian elementer yang bertanda dari matriks A.

2.2.        DETERMINAN MATRIKS ORDO (2X2) DAN ORDO (3X3)
Diketahui suatu matriks A =   , maka determinan dari matriks A yaitu det(A) atau |A| berdasarkan definisi diatas adalah :
det(A) = |A| =   = a11a22 – a12a21
Contoh :
Hitunglah determinan dari matriks A =  !
Jawab :
det(A) = |A| =  = 3.(-2) – 1.4 = -6 – 4 = -10
Sedangkan untuk matriks yang berordo (3x3) dapat dihitung determinannya dengan menggunakan cara sebagai berikut :
Diketahui suatu matriks A = , maka determinan dari matriks A yaitu det(A) atau |A| berdasar definisi diatas adalah :
det(A) = |A| =
= a11a22a33 + a12a23a31 + a13a21a32 - a13a22a31 - a12a21a33 - a11a23a32
Untuk memudahkan perhitungan dapat digunakan metode (yang dikenal dengan metode sarrus) yaitu dengan cara menambahkan kolom pertolongan dengan menambahkan kolom kesatu dan kolom kedua dilatakkan disebelah kanan kolom ketiga. Sehingga determinan dari matriks A diatas dapat diperoleh dengan cara :
|A| =
= a11a22a33 + a12a23a31 + a13a21a32 - a13a22a31 - a12a21a33 - a11a23a32

Peringatan : (metode sarrus hanya berlaku untuk matriks yang berordo (3x3), sedangkan untuk matriks yang berordo lebih dari (3x3) metode tersebut tidak berlaku.

 Contoh :
Hitunglah determinan dari matriks A =

Jawab
Det(A) = |A| =
= 
= 2.(-2).(-1) + (-4).3.5 + 1.1.1 – 1.(-2).5 – 2.3.(-1) – (-4).1.(-1)
= 4 – 60 + 1 + 10 – 6 – 4
= -55

2.3.        SIFAT-SIFAT DETERMINAN
1.        Jika A adalah sembarang matriks bujursangkar yang mengandung sebaris bilangan nol maka det(A) = 0
2.        Jika A adalah matriks segitiga yang berordo (nxn), maka det(A) adalah hasil perkalian dari elemen-elemen yang terletak pada diagonal utama, yaitu det(A) = a11, a22, a33, … , ann.
Contoh:
det(A) =  = 8.(-1).2 = -16
3.        Misalkan A adalah sembarang matriks bujursangkar yang berordo (nxn), maka :
a.    Jika A1 adalah matriks bujursangkar yang dihasilkan bila sebaris dari matriks A dikalikan dengan sebuah konstanta k (operasi elementer Hi(k)(A)) maka det(A1) = k det(A).
b.    Jika A2 adalah matriks yang menghasilkan bila dua baris dari matriks A diperlukan tempatnya (operasi elementer Hij(A)), maka det(A2) =  - det(A).
c.    Jika A3adalah matriks yang dihasilkan bila sebuah kelipatan dari satu baris matriks A ditambahkan kepada baris yang lain (operasi elementer Hij(k)(A)), maka det(A3) = det(A).
Contoh
A =  , A1 = H1(2)(A) =
A2 = H12(A) =  dan A3 = H23(-2)(A) =

Dengan metode sarrus dapat diperoleh :
det(A) = 1.1.1 + 2.4.1 + 3.0.2 – 3.1.1 – 1.4.2 – 2.0.1
= 1 + 8 + 0 – 3 – 8 – 0
= -2
Berdasarkan sifat 3a maka det(A1) = k.det(A) = 2.(-2) = -4
Berdasarkan sifat 3b maka det(A2) = - det(A) = - (-2) = 2
Berdasarkan sifat 3c maka det(A3) = det(A) = - 2
4.        Jika A adalah suatu matriks bujursangkar yang mempunyai dua baris yang sebanding, maka det(A) = 0
5.        Jika A adalah matriks bujursangkar dan AT merupakan transpose dari matriks A maka det(A) = det(AT).
6.        Jika A adalah matriks yang berordo (nxn) dan k adalah suatu skalar maka det (kA) = k.n det (A).
7.        Misalkan A, B dan C adalah matriks yang berordo (nxn) yang hanya berbeda didalam sebuah baris tunggal, katakanlah baris ke-r, dan anggaplah baris ke-r dari C dapat diperoleh dengan menambahkan elemen-elemen yang bersangkutan didalam baris ke-r dari A dan didalam baris ke-r dari B maka det(C) = det(A) + det(B).
Contoh .
A =        B =         C =

det  = det  + det
8.        Jika A dan B adalah matriks bujursangkar yang ordonya sama, maka det(AB) = det(A).det(B)
Contoh.
A =  , B =  dan AB =   maka dapat diperoleh det(A).det(B) = 1.(-23) = -23, sehingga det(AB) = det(A).det(B)                 
2.4.        MINOR DAN KOFAKTOR
Definisi:
Jika terdapat suatu matriks Aij dengan ordo nxn maka terdapat suatu submatriks Mij dengan ordo (n-1) x (n-1) yang didapat dengan cara elemen baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks A dihilangkan atau jika A adalah suatu matriks bujursangkar berordo nxn, maka minor dari elemen aijdinyatakan oleh Mij(A) dan didefinisikan sebagai determinan dari sub matriks yang tersisa (tinggal) setelah baris ke-i dan kolom ke-j dicoret dari matriks A.
Sedangkan bilangan (-1)(i+j) Mij(A) dinyatakan oleh Cij(A) yang dinamakan kofaktor dari elemen aij. Matriks kofaktor dari matriks A dinyatakan dengan Kof(A)adalah suatu matriks yang elemen-elemennya merupakan kofaktor dari elemen aij. Jadi Kof(A) = [Cij(A)] =
Sedangkan Adjoin dari matriks A yang dinyatakan dengan Adj(A) adalah transposisi dari matriks Kofaktor, jadi Adj(A) = [Kof(A)]T.
Jadi Adj(A) = [Cij(A)] =
Contoh.
Misalkan A =  maka M11(A) =  = 40 – 24 = 16
M32(A) =  = 18 – (-8) = 26. Sedangkan Kofaktor dari elemen a11 adalah C11(A) = (-1)1+1M11(A) = 1.16 = 16, dan Kofaktor dari elemen a32 adalah C32(A) = (-1)3+2M32(A) = (-1).26 = -26.
Sebagai latihan dapat dihitung Minor dan Kofaktor untuk eleme-elemen a12, a13, a21, a22, a23, a31, dan a33. Setelah semua Minor dan Kofaktor dari elemen matriks A diperoleh, maka dapat ditentukan Matrik Mnor dan Adjoinnya.


2.5.        EKSPANSI KOFAKTOR
Determinan sebuah matriks A yang berordo (nxn) dapat dihitung dengan cara mengalikan elemen-elemen didalam suatu baris (kolom) dengan kofaktor-kofaktornya dan menambahkan hasil-hasil perkalian yang dihasilkan, yaitu de(A) = a1j C1j(A) + a2j C2j(A) + … + anj Cnj(A) = untuk j = 1,2,…,n (Ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke-j)
dan det(A) = ai1 Ci1(A) + ai2 Ci2(A) + … + ain Cin(A) =
untuk i = 1,2,…,n (Ekspansi kofaktor sepanjang baris ke-i)

2.6.        DETERMINAN MATRIKS ORDO BESAR
Untuk menentukan determinan matriks ordo besar dapat digunakan Ekspansi Kofaktor, tetapi akan memakan waktu lama dan membutuhkan perhitungan angka yang besar pula. Agar perhitungannya tidak begitu besar dan waktu penyelesaiaannya lebih singkat dengan mengkombinasikan dengan operasi elementer, sifat-sifat determinan dan ekspansi kofaktor. Adapun caranya sebagai berikut :
1.     Carilah baris atau kolom yang sudah mengandung banyak nilai nol, atau cari baris atau kolom yang banyak mengandung elemen 1 atau -1 kalau tidak ada maka transformasikan matriks tersebut dengan operasi elementer (Hi(λ)) atau (Ki(λ))sehingga mendapatkan elemen 1 atau -1 dengan memperhatikan sifat-sifat determinan.
2.     Jadikan nol semua elemen baris atau kolom yang dipilih dengan elemen 1 atau -1 dengan operasi elementer (Hi(λ)) atau (Ki(λ)) yang dipilik serta memuat elemen 0 paling banyak.

Catatan
Matriks yang mempunyai determinan = 0 dinamakan matriks singular sedangkan Matriks yang mempunyai determinan ≠ 0 dinamakan matriks no singular.
Contoh :
Hitunglah =  !                   


Jawab.
Sesuai cara nomor (1) kita bisa memilih kolom ke-1 yang memuat elemen 1, maka sisa elemen pada kolom ke-1 yaitu a21, a41 dan a51 dijadikan 0 dengan operasi elementer H21(-2), H41(-1) dan H51(-2), sehingga diperoleh matriks:
= dengan ekspansi sepanjang kolom ke-1 diperoleh
= a11.C11 + a21.C21 + a31.C31 + a41.C41 + a51.C51
(dimana nilai a21, a31, a41, a51adalah 0 sehingga tidak perlu mencari C21,C31,C41 dan C51 maka diperoleh sebagai berikut :
= 1. (-1)1+1  (dengan memilih baris ke-3 dan dilakukan operasi elementer K31(1) dan K41(-2) maka didapat matriks sebagai berikut)                            
=   dengan ekspansi kofaktor sepanjang baris ke-3 maka diperoleh                                      
= (-1).(-1)3+1 (dengan memilih baris ke-3 dan dilakukan operasi elementer K13(3) dan K23(3) maka didapat matriks sebagai berikut)                             
= - dengan ekspansi kofaktor sepanjang baris ke-3 maka diperoleh  = (-1).1.(-1)3+3 = -(-230 + 294) = - 64


SoalLatihan
1.         Hitunglah determinan dari matriks dibawah ini
a.                b.              c.

2.         Hitunglah determinan dari matrik dibawah ini :
a.         b.     c.
3.         Misal B =  , tentukanlah :
a.   Semua minornya
b.  Matrik kofaktornya
c.   Adjoin dari B
d.  Determinan dengan Metode Sarrus
e.   Determinan dengan ekspansi kofaktor sepanjang baris ke-2
f.   Determinan dengan ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke-1

4.         Hitunglah determinan dari
a.       b. 
Kelas B (a66 = 2 dan -2)
Kelas A (a11 = 4  kalau nimnya genap = -4 )
Kelas C (a15 = 2 nim genap =-2)

BAB III

MATRIK INVERS

Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Mahasiswa mampu menguasai konsepsi dasar Matriks dan Transformasi Linier yang terdiri dari pokok bahasan Matriks, Determinan, SPL, Vektor dan Transformasi Linier sebagai pendukung ilmu pengetahuan dibidang komputasi.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Mahasiswa mampu menghitung invers matriks dengan adjoin dan dengan metode penyapuan.

Kata Kunci
Invers, adjoin, penyapuan

Media Pembelajaran
Dalam bab ini media pembelajaran yang digunakan meliputi :white board, spidol, LCD Proyektor, laptop.


3.1.       KONSEPSI MATRIKS INVERS
Definisi:
Sebuah matriks n x n dinamakan matriks elementer jika matriks tersebut dapat diperoleh dari matriks satuan (identitas) n x n dengan melakukan sebuah operasi baris elementer.
Contoh:
a.                                                                b.
(baris ke-2 I2 dikalikan -2)                               (baris ke-3 dan baris ke-4 I4 ditukar)

Definisi:
Invers dari matriks kuadrat A, ditulis A -1adalah suatu matriks yang memenuhi sifat A-1.A = A.A-1=  I

Matriks-matriks yang mempunyai invers adalah matrik yang non singular (determinannya tidak 0), dan bila inversnya ada maka inversnya adalah tunggal (hanya ada satu).
Sifat-sifat matriks invers adalah :
1.    (A-1)-1 = A
2.    (AB)-1 = B-1.A-1
Contoh.
Carilah invers dari A=
Jawab.
Misalkan A-1 =    maka akan berlaku A.A-1=  I2
Sehingga    =   , jika dikalikan akan diperoleh
 =   sehingga didapat persamaan seperti dibawah ini :
2a + c = 1 ……..(i)                              2b + d = 0 ……………….(ii)
4a + 3c = 0 ……(iii)                            4b + 3d = 1 ……………..(iv)                                                            
Setelah dilakukan subtitusi diperoleh a = 3/2 ; b= -1/2 ; c = -2 ;  d = 1
Sehingga A-1 =  =  = ½

3.2.       MATRIKS INVERS DENGAN ADJOIN
Jika A adalah matriks yang dapat dibalik, maka
Contoh.

Carilah invers dari matriks A=

Jawab
det (A) = 64
Matriks kofaktor (A) =  
Adj(A)=  jadi  A-1 = 1/64

3.3.       MATRIKS INVERS DENGAN METODE PENYAPUAN
Pencarian invers dengan metode penyapuan dilakukan dengan menambahkan matriks identitas disebelahnya matrik A sehingga ordo matrik berubah menjadi (nx2n) dan dengan transformasi elementer matriks [A│In] diubah menjadi matriks segitiga atas, setelah itu dengan transformasi elementer juga elemen-elemen yang terletak diatas diagonal utamanya dijadikan nol, sehingga dapat diperoleh yang tadinya matriks A menjadi matriks identitas dan yang semula matriks identitas menjadi matriks invers.
Contoh.
A = carilah matriks invers
Jawab.
1.     Mula - mula matriks tersebut dirangkai dengan matriks identitas dengan ordo yang sama.

2.     Tentukan Pivot dari matriks A yaitu A(1,1) jadikan A(1,1) menjadi 1 dengan membagi 2 untuk baris pertamaH1(1/2) :
3.     Gunakan operasi elementer H21(-3) untuk mengenolkan A(2,1) dan operasi elementer H31(-2)untuk mengenolkan A(3,1) menhasilkan matriks :
4.     Elemen A(2,2) sekarang menjadi pivot, untuk menolkan A(3,2).Untuk itu baris kedua dikalikan dengan -1 (H2(-1))
5.     Selanjutnya gunakan operasi elementer H32(3) untuk mengenolkan A(3,2).
6.     Elemen A(3, 3) dijadikan pivot, bagi baris ketiga dengan 7 (H31/7)
7.     Elemen A (3,3) digunakan untuk menolkan A(2,3) dan A(1,3) menggunakan operasi elementer H23(-3) dan H13(-2)
8.     Terakhir gunakan elemen A(2,2) untuk menolkan A(1,2) mengunakan operasi elementer H12(-2)
9.     Matriks Invers A adalah
A-1 = =1/14



Soal Latihan

1.    Diketahui  A =
a.    A-1 dengan definisi A.A-1 = I2!
b.    A-1 dengan Adjoin !

2.    Tentukan invers dari matriks-matriks dibawah ini dengan Adjoin
a.          b.      c.     d.
3.    Tentukan invers dari matriks-matriks dibawah ini dengan metode penyapuan
a.           b.     c.
d.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Determinan dan Matriks Invers || Aljabar Linier

BAB II DETERMINAN Tujuan Instruksional Umum (TIU) Mahasiswa mampu menguasai konsepsi dasar Matriks dan Transformasi Linier yang te...