BAB II
DETERMINAN
Tujuan Instruksional
Umum (TIU)
Mahasiswa mampu menguasai
konsepsi dasar Matriks dan Transformasi Linier yang terdiri dari pokok bahasan
Matriks, Determinan, SPL, Vektor dan Transformasi Linier sebagai pendukung ilmu
pengetahuan dibidang komputasi.
Tujuan Instruksional
Khusus (TIK)
Mahasiswa mampu
mendefinisikan determinan, menghitung determinan ordo kecil maupun ordo besar,
serta menghitung minor maupun kofaktor
Kata Kunci
Determinan, Ordo besar, Ordo
kecil, Minor, Kofaktor.
Media Pembelajaran
Dalam bab ini media pembelajaran yang digunakan meliputi :white
board, spidol, LCD Proyektor, laptop.
2.1.
KONSEPSI
DETERMINAN
Sudah dikenal bahwa fungsi f(x) = x2
mengasosiasikan sebuah bilangan riil f(x) dengan sebuah nilai riil dari
variabel x. Karena x dan f(x) kedua-duanya hanya mempunyai nilai riil, maka
fungsi-fungsi seperti itu dapat digambarkan sebagai fungsi yang bernilai riil
dan sebuah variabel riil. Akan dikaji fungsi bernilai riil dari sebuah variabel
matriks, yaitu fungsi yang mengasosiasikan sebuah bilangan riil f(x) dengan
sebuah matriks X. Yang utama dari pengkajian ini diperuntukan bagi satu fungsi
yaitu fungsi determinan.Setiap matriks bujur sangkar A biasanya selalu
dikaitkan dengan suatu skalar yang disebut determinan matriks tersebut, dan
ditulis dengan det(A) atau |A|. Untuk mencari harga determinan suatu matriks
ada berbagai macam cara. Cara mencari determinan yang sudah banyak dikenal
adalah mencari determinan matriks untuk matriks bujur sangkar ordo (2x2) dan
ordo (3x3) sangat umum.
Sebelum mampu mendefinisikan fungsi determinan, terlebih
dahulu perlu diketahui beberapa definisi berikut ini.
Definisi :
Sebuah permutasi himpunan bilangan-bilangan bulat {1, 2, …, n} adalah sebuah
susunan bilangan-bilangan bulat menurut suatu aturan tanpa menghilangkan atau
mengulangi bilangan-bilangan tersebut.
Contoh.
Ada 6 permutasi berbeda dari himpunan bilangan-bilangan
bulat {1, 2, 3} yaitu {1,2,3},{2,1,3},{3,1,2},{1,3,2},{2,3,1},{3,2,1}.
Catatan :
Jika terdapat n buah bilangan asli 1, 2, 3,…, n makanya
banyaknya permutasi yang dapat dibentuk adalah n! = n(n-1)(n-2) … 2, 1.
Definisi :
Yang dimaksud sebuah inversi pada suatu permutasi
(j1, j2,…, jn) adalah jk< ji
(jk mendahului ji
padahal ji< jk (I dan k = 1, 2, …, n).
Contoh :
Misalnya dengan sebuah inversi pada suatu
permutasi tersebut adalah 5 inversi karena :
a. J1
= 4 mendahului j2 = 3 padahal 3 < 4
b. J1
= 4 mendahului j3 = 1 padahal 1 < 4
c. J1
= 4 mendahului j4 = 3 padahal 3 < 4
d. J2
= 3 mendahului j3 = 1 padahal 1 < 3
e. J2
= 3 mendahului j4 = 2 padahal 2 < 3
Definisi
:
Sebuah permutasi
dikatakan genap (even) jika jumlah inversi seluruhnya adalah sebuah
bilangan bilangan bulat yang genap dan dikatakan ganjil (odd) jika
jumlah inversi seluruhnya adalah sebuah bilangan bilangan bulat yang ganjil.
Pada permutasi (4,3,1,2) jumlah inversinya adalah 5 maka permutasi tersebut
adalah ganjil.
Definisi
:
Yang diartikan sebagai hasil perkalian elementer
dari matriks A adalah setiap perkalian n elemen dari A, yang tidak boleh dua
diantaranya yang berasal dari baris
yang sama atau kolom yang sama.
Jika Sebuah matriks A berordo (nxn) mempunyai n!
hasil perkalian elementer. Hasil-hasil perkalian elementer tersebut adalah
hasil-hasil perkalian yang berbentuk a1j1,a2j2, … , anjn
dimana (j1, j2, … , jn) adalah sebuah
permutasi dari himpunan {1,2,3, … , n}. Yang diartikan dengan hasil sebuah perkalian elementer bertanda dari A
adalah sebuah hasil perkalian elementer a1j1, a2j2, … , anjn
dikalikan dengan (+1) atau (-1). Digunakan tanda (+1) jika (j1, j2,
… , jn) adalah sebuah permutasi genap dan tanda (-1) jika (j1,
j2, … , jn) adalah sebuah permutasi ganjil.
Contoh :
Diketahui matriks A =
Hasil
Pekalian
elementer
|
Permutasi
yang
diasosiasikan
|
Genap
atau
ganjil
|
Hasil
perkalian elementer yang bertanda
|
a11a22a33
a11a23a32
a12a21a33
a12a23a31
a13a21a32
a13a22a31
|
(1,2,3)
(1,3,2)
(2,1,3)
(2,3,1)
(3,1,2)
(3,2,1)
|
Genap
Ganjil
Ganjil
Genap
Genap
Ganjil
|
a11a22a33
-a11a23a32
-a12a21a33
a12a23a31
a13a21a32
-a13a22a31
|
Definisi :
Misalkan A adalah suatu matriks bujursangkar, maka fungsi
determinan (determinant function) yang dinyatakan dengan det(A), dan
didefinisikan det(A) sebagai jumlah semua hasil perkalian elementer yang
bertanda dari matriks A.
2.2.
DETERMINAN
MATRIKS ORDO (2X2) DAN ORDO (3X3)
Diketahui suatu matriks A =
, maka determinan dari matriks A yaitu det(A)
atau |A| berdasarkan definisi diatas adalah :
det(A) = |A| =
= a11a22 – a12a21
Contoh :
Hitunglah
determinan dari matriks A =
!
Jawab
:
det(A)
= |A| =
= 3.(-2) – 1.4 = -6 – 4 = -10
Sedangkan untuk matriks yang berordo (3x3) dapat dihitung
determinannya dengan menggunakan cara sebagai berikut :
Diketahui
suatu matriks A =
, maka determinan dari
matriks A yaitu det(A) atau |A| berdasar definisi diatas adalah :
det(A) = |A| =
= a11a22a33
+ a12a23a31 + a13a21a32
- a13a22a31 - a12a21a33
- a11a23a32
Untuk memudahkan perhitungan dapat digunakan metode
(yang dikenal dengan metode sarrus) yaitu dengan cara menambahkan kolom
pertolongan dengan menambahkan kolom kesatu dan kolom kedua dilatakkan
disebelah kanan kolom ketiga. Sehingga determinan dari matriks A diatas dapat
diperoleh dengan cara :
= a11a22a33
+ a12a23a31 + a13a21a32
- a13a22a31 - a12a21a33
- a11a23a32
Peringatan : (metode
sarrus hanya berlaku untuk matriks yang berordo (3x3), sedangkan untuk matriks
yang berordo lebih dari (3x3) metode tersebut tidak berlaku.
Contoh :
Hitunglah
determinan dari matriks A =
Jawab
Det(A) = |A| =
= 2.(-2).(-1) + (-4).3.5 + 1.1.1 –
1.(-2).5 – 2.3.(-1) – (-4).1.(-1)
= 4 – 60 + 1 + 10 – 6 – 4
= -55
2.3.
SIFAT-SIFAT
DETERMINAN
1.
Jika A adalah sembarang
matriks bujursangkar yang mengandung sebaris bilangan nol maka det(A) = 0
2.
Jika A adalah matriks
segitiga yang berordo (nxn), maka det(A) adalah hasil perkalian dari
elemen-elemen yang terletak pada diagonal utama, yaitu det(A) = a11,
a22, a33, … , ann.
Contoh:
det(A) =
= 8.(-1).2 = -16
3.
Misalkan A adalah
sembarang matriks bujursangkar yang berordo (nxn), maka :
a. Jika
A1 adalah matriks bujursangkar yang dihasilkan bila sebaris dari matriks A
dikalikan dengan sebuah konstanta k (operasi elementer Hi(k)(A))
maka det(A1) = k det(A).
b. Jika
A2 adalah matriks yang menghasilkan bila dua baris dari matriks A
diperlukan tempatnya (operasi elementer Hij(A)), maka det(A2)
= - det(A).
c. Jika
A3adalah matriks yang dihasilkan bila sebuah kelipatan dari satu
baris matriks A ditambahkan kepada baris yang lain (operasi elementer Hij(k)(A)),
maka det(A3)
= det(A).
Contoh
A =
, A1 = H1(2)(A)
=
A2 = H12(A)
=
dan A3 = H23(-2)(A)
=
Dengan
metode sarrus dapat diperoleh :
det(A) = 1.1.1 + 2.4.1
+ 3.0.2 – 3.1.1 – 1.4.2 – 2.0.1
=
1 + 8 + 0 – 3 – 8 – 0
=
-2
Berdasarkan
sifat 3a maka det(A1)
= k.det(A) = 2.(-2) = -4
Berdasarkan
sifat 3b maka det(A2) = - det(A) = - (-2) = 2
Berdasarkan
sifat 3c maka det(A3) = det(A) = - 2
4.
Jika A adalah suatu
matriks bujursangkar yang mempunyai dua baris yang sebanding, maka det(A) = 0
5.
Jika A adalah matriks
bujursangkar dan AT merupakan transpose dari matriks A maka det(A) = det(AT).
6.
Jika A adalah matriks
yang berordo (nxn) dan k adalah suatu skalar maka det (kA) = k.n det (A).
7.
Misalkan A, B dan C adalah matriks yang
berordo (nxn) yang hanya berbeda didalam sebuah baris tunggal, katakanlah baris
ke-r, dan anggaplah baris ke-r dari C
dapat diperoleh dengan menambahkan elemen-elemen yang bersangkutan didalam
baris ke-r dari A dan didalam baris ke-r dari B maka det(C) = det(A) + det(B).
Contoh .
A =
B =
C =
det
= det
+ det
8.
Jika A dan B adalah
matriks bujursangkar yang ordonya sama, maka det(AB) = det(A).det(B)
Contoh.
A =
, B =
dan AB =
maka dapat diperoleh det(A).det(B) = 1.(-23)
= -23, sehingga det(AB) = det(A).det(B)
2.4.
MINOR
DAN KOFAKTOR
Definisi:
Jika terdapat suatu matriks Aij dengan
ordo nxn maka terdapat suatu submatriks Mij dengan ordo (n-1) x
(n-1) yang didapat dengan cara elemen baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks A
dihilangkan atau jika A adalah suatu matriks bujursangkar berordo nxn, maka minor
dari elemen aijdinyatakan oleh Mij(A) dan
didefinisikan sebagai determinan dari sub matriks yang tersisa (tinggal)
setelah baris ke-i dan kolom ke-j dicoret dari matriks A.
Sedangkan bilangan (-1)(i+j) Mij(A)
dinyatakan oleh Cij(A) yang dinamakan kofaktor dari elemen aij.
Matriks kofaktor dari matriks A dinyatakan dengan Kof(A)adalah suatu
matriks yang elemen-elemennya merupakan kofaktor dari elemen aij.
Jadi Kof(A) = [Cij(A)] =
Sedangkan Adjoin dari matriks A yang dinyatakan
dengan Adj(A) adalah transposisi dari matriks Kofaktor, jadi Adj(A) =
[Kof(A)]T.
Jadi Adj(A) = [Cij(A)] =
Contoh.
Misalkan A =
maka M11(A) =
= 40 – 24 = 16
M32(A) =
= 18 – (-8) = 26. Sedangkan Kofaktor dari
elemen a11 adalah C11(A) = (-1)1+1M11(A)
= 1.16 = 16, dan Kofaktor dari elemen a32 adalah C32(A) =
(-1)3+2M32(A) = (-1).26 = -26.
Sebagai latihan dapat dihitung Minor dan Kofaktor
untuk eleme-elemen a12, a13, a21, a22,
a23, a31, dan a33. Setelah semua Minor dan
Kofaktor dari elemen matriks A diperoleh, maka dapat ditentukan Matrik Mnor dan
Adjoinnya.
2.5.
EKSPANSI
KOFAKTOR
Determinan sebuah matriks A yang berordo (nxn) dapat
dihitung dengan cara mengalikan elemen-elemen didalam suatu baris (kolom)
dengan kofaktor-kofaktornya dan menambahkan hasil-hasil perkalian yang
dihasilkan, yaitu de(A) = a1j C1j(A) + a2j C2j(A)
+ … + anj Cnj(A)
=
untuk j =
1,2,…,n (Ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke-j)
dan
det(A) = ai1 Ci1(A) + ai2 Ci2(A) +
… + ain Cin(A) =
untuk i =
1,2,…,n (Ekspansi kofaktor sepanjang baris ke-i)
2.6.
DETERMINAN
MATRIKS ORDO BESAR
Untuk menentukan determinan matriks
ordo besar dapat digunakan Ekspansi Kofaktor, tetapi akan memakan waktu lama
dan membutuhkan perhitungan angka yang besar pula. Agar perhitungannya tidak
begitu besar dan waktu penyelesaiaannya lebih singkat dengan mengkombinasikan
dengan operasi elementer, sifat-sifat determinan dan ekspansi kofaktor. Adapun
caranya sebagai berikut :
1. Carilah
baris atau kolom yang sudah mengandung banyak nilai nol, atau cari baris atau
kolom yang banyak mengandung elemen 1 atau -1 kalau tidak ada maka transformasikan matriks tersebut dengan operasi
elementer (Hi(λ)) atau (Ki(λ))sehingga
mendapatkan elemen 1 atau -1 dengan memperhatikan sifat-sifat determinan.
2. Jadikan
nol semua elemen baris atau kolom yang dipilih dengan elemen 1 atau -1 dengan
operasi elementer (Hi(λ)) atau (Ki(λ))
yang dipilik serta memuat elemen 0 paling banyak.
Catatan
Matriks
yang mempunyai determinan = 0 dinamakan matriks singular sedangkan Matriks yang
mempunyai determinan ≠ 0 dinamakan matriks no singular.
Contoh
:
Hitunglah
=
!
Jawab.
Sesuai cara nomor (1) kita bisa memilih kolom ke-1
yang memuat elemen 1, maka sisa elemen pada kolom ke-1 yaitu a21, a41
dan a51 dijadikan 0 dengan operasi elementer H21(-2),
H41(-1) dan H51(-2), sehingga
diperoleh matriks:
= a11.C11 + a21.C21
+ a31.C31 + a41.C41 + a51.C51
(dimana nilai a21, a31, a41,
a51adalah 0 sehingga tidak perlu mencari C21,C31,C41
dan C51 maka diperoleh sebagai berikut :
= 1. (-1)1+1
(dengan memilih baris ke-3 dan dilakukan
operasi elementer K31(1) dan K41(-2) maka
didapat matriks sebagai berikut)
=
dengan ekspansi kofaktor sepanjang baris ke-3
maka diperoleh
= (-1).(-1)3+1
(dengan memilih baris ke-3 dan
dilakukan operasi elementer K13(3) dan
K23(3) maka
didapat matriks sebagai berikut)
= -
dengan ekspansi kofaktor sepanjang
baris ke-3 maka diperoleh = (-1).1.(-1)3+3
= -(-230 + 294) = - 64
SoalLatihan
1.
Hitunglah determinan
dari matriks dibawah ini
a.
b.
c.
2.
Hitunglah determinan
dari matrik dibawah ini :
a.
b.
c.
3.
Misal B =
, tentukanlah :
a. Semua
minornya
b. Matrik
kofaktornya
c. Adjoin
dari B
d. Determinan
dengan Metode Sarrus
e. Determinan
dengan ekspansi kofaktor sepanjang baris ke-2
f. Determinan
dengan ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke-1
4.
Hitunglah determinan
dari
a.
b.
Kelas B (a66 = 2 dan -2)
Kelas A (a11 = 4 kalau nimnya genap = -4 )
Kelas C (a15 = 2
nim genap =-2)
BAB
III
MATRIK
INVERS
Tujuan
Instruksional Umum (TIU)
Mahasiswa mampu menguasai
konsepsi dasar Matriks dan Transformasi Linier yang terdiri dari pokok bahasan
Matriks, Determinan, SPL, Vektor dan Transformasi Linier sebagai pendukung ilmu
pengetahuan dibidang komputasi.
Tujuan
Instruksional Khusus (TIK)
Mahasiswa mampu menghitung
invers matriks dengan adjoin dan dengan metode penyapuan.
Kata Kunci
Invers, adjoin, penyapuan
Media Pembelajaran
Dalam bab ini media pembelajaran yang digunakan meliputi :white
board, spidol, LCD Proyektor, laptop.
3.1.
KONSEPSI
MATRIKS INVERS
Definisi:
Sebuah matriks n
x n dinamakan matriks elementer jika matriks tersebut dapat diperoleh dari
matriks satuan (identitas) n x n dengan melakukan sebuah operasi baris
elementer.
Contoh:
a.
b.
(baris ke-2 I2 dikalikan
-2) (baris
ke-3 dan baris ke-4 I4 ditukar)
Definisi:
Invers dari
matriks kuadrat A, ditulis A -1adalah suatu matriks yang memenuhi
sifat A-1.A = A.A-1=
I
Matriks-matriks yang
mempunyai invers adalah matrik yang non singular (determinannya tidak 0), dan bila inversnya ada maka
inversnya adalah tunggal (hanya ada satu).
Sifat-sifat matriks invers
adalah :
1.
(A-1)-1 = A
2.
(AB)-1 = B-1.A-1
Contoh.
Carilah invers dari A=
Jawab.
Misalkan A-1 =
maka akan berlaku A.A-1= I2
Sehingga
=
, jika dikalikan akan diperoleh
2a + c = 1 ……..(i) 2b
+ d = 0 ……………….(ii)
4a + 3c = 0 ……(iii) 4b
+ 3d = 1 ……………..(iv)
Setelah dilakukan subtitusi diperoleh a = 3/2 ; b= -1/2 ; c = -2
; d = 1
Sehingga A-1 =
=
= ½
3.2.
MATRIKS
INVERS DENGAN ADJOIN
Jika A adalah matriks yang dapat dibalik, maka
Contoh.
Carilah invers
dari matriks A=
Jawab
det (A) = 64
Matriks kofaktor
(A) =
Adj(A)=
jadi A-1
= 1/64
3.3.
MATRIKS
INVERS DENGAN METODE PENYAPUAN
Pencarian invers dengan metode penyapuan dilakukan dengan
menambahkan matriks identitas disebelahnya matrik A sehingga ordo matrik
berubah menjadi (nx2n) dan dengan transformasi elementer matriks [A│In]
diubah menjadi matriks segitiga atas, setelah itu dengan transformasi elementer
juga elemen-elemen yang terletak diatas diagonal utamanya dijadikan nol,
sehingga dapat diperoleh yang tadinya matriks A menjadi matriks identitas dan
yang semula matriks identitas menjadi matriks invers.
Contoh.
A
=
carilah matriks invers
Jawab.
1.
Mula - mula matriks tersebut dirangkai dengan matriks
identitas dengan ordo yang sama.
2.
Tentukan Pivot dari matriks A yaitu A(1,1) jadikan A(1,1)
menjadi 1 dengan membagi 2 untuk baris pertamaH1(1/2) :
3.
Gunakan operasi elementer H21(-3)
untuk mengenolkan A(2,1) dan operasi elementer H31(-2)untuk
mengenolkan A(3,1) menhasilkan matriks :
4.
Elemen A(2,2) sekarang menjadi pivot, untuk menolkan
A(3,2).Untuk itu baris kedua dikalikan dengan -1 (H2(-1))
5.
Selanjutnya gunakan operasi elementer H32(3)
untuk mengenolkan A(3,2).
6.
Elemen A(3, 3) dijadikan pivot, bagi baris ketiga dengan 7 (H31/7)
7.
Elemen A (3,3) digunakan untuk menolkan A(2,3) dan A(1,3)
menggunakan operasi elementer H23(-3) dan H13(-2)
8.
Terakhir gunakan elemen A(2,2) untuk menolkan A(1,2)
mengunakan operasi elementer H12(-2)
9.
Matriks Invers A adalah
A-1 =
=1/14
Soal Latihan
1.
Diketahui A =
a.
A-1 dengan definisi A.A-1 = I2!
b.
A-1 dengan Adjoin !
2.
Tentukan invers dari matriks-matriks dibawah ini dengan
Adjoin
a.
b.
c.
d.
3.
Tentukan invers dari matriks-matriks dibawah ini dengan
metode penyapuan
a.
b.
c.
d.